- Back to Home »
- info pertanian »
- antara kerbau dengan traktor
Posted by : m. syarif hidayatullah
Selasa, 09 Juli 2013
Dalam usaha
pertanian, pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi
fisik; khemis dan biologis tanah yang lebih baik sampai kedalaman tertentu agar
sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Di samping itu pengolahan tanah bertujuan
pula untuk : membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan; menempatkan seresah
atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar dekomposisi dapat berjalan
dengan baik; menurunkan laju erosi; meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan
di lapangan; mempersatukan pupuk dengan tanah; serta mempersiapkan tanah untuk
mempermudah dalam pengaturan air.
Bajak sawah dapat
menggunakan metode tradisional dan modern.
Bajak tradisional
Kerbau adalah
binatang memamah biak
yang masih termasuk dalam anaksuku Bovinae. Kerbau liar (orang India
menyebutnya arni) masih dapat ditemukan di daerah-daerah Pakistan, India,
Bangladesh, Nepal,
Bhutan, Vietnam, Cina,
Filipina, Taiwan, Indonesia, dan Thailand.Penjinakan kerbau sangatlah umum di Asia, Amerika Selatan, Afrika Utara, dan Eropa.
Saat ini populasi kerbau liar di Asia mulai menurun dan dikhawatirkan bahwa pada masa yang akan datang tidak akan ada lagi populasi kerbau liar yang dapat ditemukan. Kerbau dewasa dapat memiliki berat sekitar 300 kg hingga 600 kg. Kerbau liar dapat memiliki berat yang lebih, kerbau liar betina dapat mencapai berat hingga 800 kg dan kerbau liar jantan dapat mencapai berat hingga 1200 kg. Berat rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau adalah 1,7 m.
Salah satu ciri yang membedakan kerbau liar dari kerbau peliharaan adalah bahwa kerbau peliharaan memiliki perut yang bulat. Dengan adanya percampuran keturunan antara kerbau-kerbau antara populasi yang berbeda, berat badan kerbau dapat bervariasi
Bajak modern
Bajak (Plow)
Bajak
merupakan alat pertanian yang paling tua, telah dipergunakan sejak 6000 th SM
di Egypt. Pada awal mulanya bajak sepenuhnya ditarik oleh tenaga manusia,
dengan bntuk yang sangat sederhana. Kemudian Thomas Jefferson merancang secara
istimewa dengan prinsip perhitungan matematika. Untuk pertama kalinya alat
pengolahan tanah ini dibuat dari kayu kemudian dari besi tuang sebagai bahan
utamanya, selanjutnya dibuat dari baja.
Penggunaan sistem dua mata bajak (bottom) dimulau sejak tahun 1865, kemudian
diikuti dengan pemakaian tiga mata bajak dan seterusnya, tergantung pada
besarnya daya penarik yang digunakan. Banyak dijumpai berbagai bentuk rancangan
bajak, hal ini pada umumnya dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian
antara tujuan pengolahan tanah dan peralatan yang dipergunakan. Berdasarkan
bentuk dan kegunaannya, secara garis besar bajak dibedakan atas beberapa jenis,
yaitu:
1. Bajak singkal (mold board plow)
Bajak
singkal termasuk jenis bajak yang paling tua. Di Indonesia jenis bajak singkal
inilah yang paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah
mereka, dengan menggunakan tenaga ternak hela sapi atau kerbau, sebagai sumber
daya penariknya. Sering dijumpai beberapa bentuk rancangan bajak singkal, hal
ini dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan
tujuan pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata
bajak, juga di bagian perlengkapannya. Mata bajak adalah bagian dari bajak yang
berfungsi aktif untuk mengolah tanah.
2. Bajak piringan (disk plow)
Adanya
kelemahan-kelemahan bajak singkal maka orang menciptakan bajak piringan. Bajak
piringan cocok untuk bekerja pada : tanah yang lengket, tidak mengikis dan
kering dimana bajak singkal tidak dapat masuk; tanah berbatu, atau banyak
sisa-sisa akar; tanah gambut; serta untuk pembajakan tanah yang berat. Namun
penggunaan bajak piringan ini untuk pengolahan tanah ada juga kelemahannya
antara lain: tidak dapat menutup seresah dengan baik; bekas pembajakan tidak
dapat betul-betul rata; hasil pengolahan tanahnya masih berbongkah-bongkah,
tetapi untuk lahan yang erosinya besar hal ini justru dianggap menguntungkan.
3. Bajak rotari atau bajak putar
(rotary plow)
Pengolahan
tanah dengan menggunakan bajak, akan diperoleh bongkahbongkah yang masih cukup
besar, biasanya masih diperlukan tambahan pengerjaan untuk mendapatkan keadaan
tanah yang lebih halus lagi. Dengan menggunakan bajak putar maka pengerjaan
tanah dapat dilakukan sekali tempuh. Bajak putar/bajak rotary dapat digunakan
untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah sawah. Kadang-kadang bajak putar
ini digunakan untuk mengerjakan tanah kedua dan juga dapat digunakan untuk
melakukan penyiangan ataupun pendangiran. Penggunaan bajak putar untuk
pengolahan tanah dapat diharapkan hasilnya baik, bila tanah dalam keadaan cukup
kering atau basah sama sekali. Untuk mengatasi lengketnya tanah pada pisau
dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pisau dan mempercepat putaran dari
rotor dan memperlambat gerakan maju. Makin cepat perputaran rotor akan lebih
banyak daya yang digunakan tetapi diperoleh hasil penggemburan yang lebih
halus. Dalam penggunaan, dipilih kebutuhan daya yang terkecil tetapi memenuhi
persyaratan ukuran partikel tanah yang dituntut oleh tanaman.
4. Bajak pahat (chisel plow)
Dalam
pengerjaan tanah, bajak pahat dipergunakan untuk merobek dan menembus tanah
dengan menggunakan alat yang menyerupai pahat atau ujung skop sempit yang
disebut mata pahat atau chisel point. Mata pahat ini terletak pada ujung dari
tangkai atau batang yang biasa disebut bar.
5. Bajak tanah bawah (sub soil
plow)
Bajak
tanah bawah termasuk di dalam jenis bajak pahat tetapi dengan konstruksi yang
lebih berat. Fungsi bajak ini tidak banyak berbeda dengan bajak pahat, namun
dipergunakan untuk pengerjaan tanah dengan kedalaman yang lebih dalam, yaitu
mencapai kedalaman sekitar (50 – 90) cm. Untuk jenis standart tunggal biasanya
dipergunakan untuk mengerjakan tanah dengan kedalaman sampai 90 cm, sedang
penarikannya menggunakan traktor dengan daya (60 – 85) HP. Kemudian untuk bajak
tanah bawah jenis standart dua atau lebih, biasanya dipergunakan untuk
pekerjaan yang lebih dangkal.
Garu (harrow)
Tanah
setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah
tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan
tanah yang terolah dilakukan pengolahan tanah kedua. Alat dan mesin pertanian
yang digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua adalah alat pengolahan
tanah jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain
bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah hingga lebih
baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga bertujuan untuk mengawetkan
lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan
lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah.
Macam-macam garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah : garu
piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow); garu bergigi
per (springs tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan khusus (special
harrow).
Perkembangan tersebut membawa perubahan dalam kehidupan sosial
masyarakat petani. Perubahan sosial yang terjadi diantaranya :
1. Ketika masih menggunakan alat tradisional dalam bercocok tanam ( bajak ), biasanya dalam pengolahan lahan dilakukan oleh beberapa orang yang bekerja sesuai tugasnya, seperti orang yang bertugas mengendalikan hewan yang menarik bajak, orang yang mencangkul, dll. Sedangkan ketika mulai beralih ke teknologi modern ( traktor ), tidak membutuhkan beberapa orang, dengan kata lain mampu dikerjakan sendiri.
2. Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau.
Sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah ikan belut pun akan meningkat. Keadan tersebut banyak dimanfaatkan oleh kebiasaan masyarakat dalam memancing ikan belut (ngurek) maupun mencari ikan belut secara langsung yang dilakukan pada malam hari dengan menggunakan bantuan cahaya patromax atau obor (ngobor/ngadamar).
Ketika beralih ke traktor, secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan traktor tangan (angleran) teksturnya lebih kasar dan padat, serta dimungkinkan terjadinya pencemarana tanah akibat dari kebocoran bahan bakar bensin maupun pelumas (oli) dari mesin traktor dimaksud, sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan kurang berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah ikan belut pun sangat sulit dicari maupun di pancing.
3. Jumlah populasi ternak kerbau pada tingkatan petani semakin berkurang lebih disukai berternak sapi (pedaging maupun susu) dikarenakan harga jual daging sapi saat ini lebih baik dari pada kerbau.
4. Dengan beralihnya dalam penggunaan bajak kerbau ke traktor tangan dapat berimbas kepada menurunnya jumlah pendapatan petani pemilik kebau.
5. Pekerjaan pengolahan lahan sawah dengan traktor tangan tidak mengenal waktu, dapat dilakukan pada pagi maupun sore hari.
6. Pembayaan penggunaan jasa traktor tangan berdasarkan luasan lahan garapan yang dihitung per meter persegi dengan tanpa memberikan makan bagi pekerjanya serta tidak banyak menggunakan tukang cangkul (2-3 orang). Sedangkan ketika masih menggunakan bajak tradisional, pemilik lahan pertanian juga harus menyediakan makan bagi pekerja ( tukang bajak, tukang cangkul, dll )
Berbagai penggunaan alat dari mulai yang sederhana sampai kepada alat yang lebih modern cenderung memiliki suatu konflik dalam penggunaanya, yang dapat berdampak negatif baik kepada alat itu sendiri maupun manusia serta lingkungannya. Begituhalnya dengan alat bajak sawah yang menggunakan kerbau maupun traktor tangan dengan mesin sebagai alat penggeraknya, yang dapat dijelaskan sebagai berkut :
1. Suatu kebiasaan ataupun adat masyarakat dikalangan peternak atau pemilik kerbau, bahwa untuk menjinakan binatang peliharaannya tersebut serta binatangnya menjadi tunduk serta patuh kepada majikannya, pada umur 7 bulan s/d 1 tahun dilakukan penindikan atau tendok pada bagian hidung dalam kemudian dimasukan tali tambang yang diikatkan pada bagian lehernya.
2. Setiap tukang garu dalam menjalankan tugasnya selalu membawa alat yang dipergunakan untuk memacu laju kebaunya, berupa pecut yang dipukulkan secara terus menerus pada bagian punggung kerbau dimaksud.
3. Penggunaan traktor tangan dengan mesin sebagai motornya sangat membutuhkan bahan bakar berupa bensin maupun solar dalam setiap memjelankan aktifitasnya. Adanya hasil pembakaran bensin tesebut menyebabkan terjadinya pembuangan asap yang dapat menyebabkan polusi udara yang dapat secara langsung terhisap oleh operatornya.
4. Tingkat kebisingan traktor tangan dapat memekakan pendengaran operatornya, itu berarti traktor tangan sangat bising dan dapat mengganggu pendengaran. Selain itu tingkat getaran alat banyak dikeluhkan sehingga sering terjadi kram pada tangan operator ( penggerak traktor ).
1. Ketika masih menggunakan alat tradisional dalam bercocok tanam ( bajak ), biasanya dalam pengolahan lahan dilakukan oleh beberapa orang yang bekerja sesuai tugasnya, seperti orang yang bertugas mengendalikan hewan yang menarik bajak, orang yang mencangkul, dll. Sedangkan ketika mulai beralih ke teknologi modern ( traktor ), tidak membutuhkan beberapa orang, dengan kata lain mampu dikerjakan sendiri.
2. Secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan bajak dengan kerbau (angleran) teksturnya lebih halus, hal itu dikarenakan pijakan terhadap tanah lebih intensif, serta kaya akan pupuk organik yang berasal dari kotoran kerbau.
Sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah ikan belut pun akan meningkat. Keadan tersebut banyak dimanfaatkan oleh kebiasaan masyarakat dalam memancing ikan belut (ngurek) maupun mencari ikan belut secara langsung yang dilakukan pada malam hari dengan menggunakan bantuan cahaya patromax atau obor (ngobor/ngadamar).
Ketika beralih ke traktor, secara fisik kondisi tanah hasil pekerjaan traktor tangan (angleran) teksturnya lebih kasar dan padat, serta dimungkinkan terjadinya pencemarana tanah akibat dari kebocoran bahan bakar bensin maupun pelumas (oli) dari mesin traktor dimaksud, sehubungan dengan kondisi tanah dimaksud, dapat menyababkan kurang berkembangnya cacing tanah sehingga jumlah ikan belut pun sangat sulit dicari maupun di pancing.
3. Jumlah populasi ternak kerbau pada tingkatan petani semakin berkurang lebih disukai berternak sapi (pedaging maupun susu) dikarenakan harga jual daging sapi saat ini lebih baik dari pada kerbau.
4. Dengan beralihnya dalam penggunaan bajak kerbau ke traktor tangan dapat berimbas kepada menurunnya jumlah pendapatan petani pemilik kebau.
5. Pekerjaan pengolahan lahan sawah dengan traktor tangan tidak mengenal waktu, dapat dilakukan pada pagi maupun sore hari.
6. Pembayaan penggunaan jasa traktor tangan berdasarkan luasan lahan garapan yang dihitung per meter persegi dengan tanpa memberikan makan bagi pekerjanya serta tidak banyak menggunakan tukang cangkul (2-3 orang). Sedangkan ketika masih menggunakan bajak tradisional, pemilik lahan pertanian juga harus menyediakan makan bagi pekerja ( tukang bajak, tukang cangkul, dll )
Berbagai penggunaan alat dari mulai yang sederhana sampai kepada alat yang lebih modern cenderung memiliki suatu konflik dalam penggunaanya, yang dapat berdampak negatif baik kepada alat itu sendiri maupun manusia serta lingkungannya. Begituhalnya dengan alat bajak sawah yang menggunakan kerbau maupun traktor tangan dengan mesin sebagai alat penggeraknya, yang dapat dijelaskan sebagai berkut :
1. Suatu kebiasaan ataupun adat masyarakat dikalangan peternak atau pemilik kerbau, bahwa untuk menjinakan binatang peliharaannya tersebut serta binatangnya menjadi tunduk serta patuh kepada majikannya, pada umur 7 bulan s/d 1 tahun dilakukan penindikan atau tendok pada bagian hidung dalam kemudian dimasukan tali tambang yang diikatkan pada bagian lehernya.
2. Setiap tukang garu dalam menjalankan tugasnya selalu membawa alat yang dipergunakan untuk memacu laju kebaunya, berupa pecut yang dipukulkan secara terus menerus pada bagian punggung kerbau dimaksud.
3. Penggunaan traktor tangan dengan mesin sebagai motornya sangat membutuhkan bahan bakar berupa bensin maupun solar dalam setiap memjelankan aktifitasnya. Adanya hasil pembakaran bensin tesebut menyebabkan terjadinya pembuangan asap yang dapat menyebabkan polusi udara yang dapat secara langsung terhisap oleh operatornya.
4. Tingkat kebisingan traktor tangan dapat memekakan pendengaran operatornya, itu berarti traktor tangan sangat bising dan dapat mengganggu pendengaran. Selain itu tingkat getaran alat banyak dikeluhkan sehingga sering terjadi kram pada tangan operator ( penggerak traktor ).
Terimaksih informasinya
BalasHapusBerbagai macam alat pertanian tradisional masih banyak digunakan seperti arit cangkul dll
BalasHapusYa memng kita sangat terbantu dengan alat modern. Tpi jngn melupakan alat tradisional
BalasHapusSaya ingin berbagi kesaksian tentang bagaimana layanan pendanaan Le_Meridian membantu saya dengan pinjaman 2.000.000,00 USD untuk membiayai proyek pertanian ganja saya, saya sangat berterima kasih dan saya berjanji untuk membagikan perusahaan pendanaan yang sah ini kepada siapa pun yang mencari cara untuk memperluas bisnisnya project.the company adalah perusahaan pendanaan UK / USA. Siapa pun yang mencari dukungan keuangan harus menghubungi mereka di lfdsloans@outlook.com Atau lfdsloans@lemeridianfds.com Bpk. Benjamin juga menggunakan whatsapp 1-989-394-3740 untuk mempermudah segala pemohon.
BalasHapus